Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
خَلَقَ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ ۖ يُكَوِّرُ اللَّيْلَ عَلَى
النَّهَارِ وَيُكَوِّرُ النَّهَارَ عَلَى اللَّيْلِ ۖ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ
وَالْقَمَرَ ۖ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى ۗ أَلَا هُوَ الْعَزِيزُ
الْغَفَّارُ/ الزمر [٣٩]: ٥.
(Dia
menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan
malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan
matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang
ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. – Q.S. Az-Zumar [39]: 5).
Menurut Ar-Raghib Al-Asfihani dalam “Al-Mufradah fi Gharib Al-Qur’an” kata كَوَّرَ , fiil madli, yang fiil mudlarinya يُكَوِّرُ seperti ayat di atas mengandung pengertian “mengitari benda-benda bulat dan menutupkan sebagian kepada sebagian yang lain seperti mengitarkan surban.”
Jadi melalui ayat ini secara tersirat Allah Subhanahu wa Ta’ala
memberitahukan kepada manusia bahwa bumi itu bulat tidak seperti
kepercayaan mayoritas manusia saat Al-Quran diturunkan bahwa bumi itu
datar. Kepercayaan manusia bahwa bumi itu datar adalah berasal dari
otoritas gereja bersumber dari ayat-ayat Kitab Suci mereka yang katanya
berasal dari Tuhan, seperti:
Matius 24, 31: “Dan
Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dengan meniup sangkakala
yang dahsyat bunyinya dan mereka akan mengumpulkan orang-orang
pilihan-Nya dari KEEMPAT PENJURU BUMI, dari ujung langit yang satu ke
ujung langit yang lain.”
Wahyu 7, 1: “Kemudian
dari pada itu aku melihat empat malaikat berdiri pada KEEMPAT PENJURU
BUMI dan mereka menahan keempat angin bumi, supaya jangan ada angin
bertiup di darat, atau di laut atau di pohon-pohon.”
Wahyu 20, 8: “Dan
dia akan pergi menyesatkan bangsa-bangsa dari KEEMPAT PENJURU BUMI,
yaitu Gog dan Magog dan mengumpulkan mereka untuk berperang dan jumlah
mereka sama dengan banyaknya pasir di laut.”
Masih banyak ayat Al-Kitab yang menyatakan bumi ini datar dan bersudut empat seperti pada: Matius 12: 42, Lukas 11: 31, Kisah Rasul 1: 8, Roma 10: 18 dan Amsab 17: 42.
Al-Quran, yang diturunkan di saat mayoritas manusia berpikir bahwa bumi
itu datar, menyatakan secara langsung bumi itu bulat akan membuat Islam
semakin tidak diterima dan makin banyak orang akan menuduh Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam benar-benar gila.
Masalah bumi itu bulat bukanlah masalah yang terkait langsung dengan
akidah, akhlaq dan syariah yang menjadi misi utama Islam. Oleh sebab itu
ayat-ayat yang menyatakan bumi itu bulat diturunkan Allah Subhanahu wa
Ta’ala secara tersirat, karena Al-Quran sebagai ayat-ayat Allah harus
sejalan dengan ayat-ayat Allah / tanda-tanda kebesaran Allah yang
terdapat di alam semesta yang kebenarannya akan dapat dibuktikan dengan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pada saat Al-Quran diturunkan, kepercayaan bahwa bentuk bumi itu bulat
sudah ada, yang dipelopori oleh Phytagoras (abad 6 SM) dan Aristoteles
(384-322 BC). Namun kepercayaan akan bentuk bumi, baik bumi itu datar
maupun bulat masih didasarkan pada pengamatan indera dan argumen logika,
tanpa bukti ilmiah, sehingga paham tentang bumi itu bulat kurang begitu
populer dibanding paham yang telah dipercaya lebih dahulu bahwa bumi
itu datar yang didukung oleh gereja Nasrani dan orang-orang Yahudi.
Karena mereka percaya kalau bumi itu datar, orang tidak berani berlayar
jauh untuk mencari ikan karena mereka takut jatuh dari air terjun ke
lubang gelap (dark hole) di ujung bumi.
Ketika peradaban Islam datang, para Ilmuwan Muslim melakukan riset dan
menguatkan teori bahwa bumi itu bulat. Menurut Prof. Dr. Raghib
As-Sirjani, sebab paling penting dalam masalah ini di samping ayat di
atas (Q.S. Az-Zumar [39], 5) juga firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَالْأَرْضَ بَعْدَ ذَٰلِكَ دَحَاهَا/ النازعات [٧٩]: ٣٠.
(Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. – Q.S. An-Nazi’at [79]: 30).
Kata دَحَى
(daha) dalam bahasa arab berarti sebagaimana juga terdapat ayat-ayat
yang membicarakan tentang kebulatan dan perputarannya mengitari dirinya
yang menyebabkan perputaran siang dan malam.
Ibnu Kardzabah (204-272 H), seorang ahli sejarah geografi mengatakan, “Bumi itu berputar sebagaimana putaran bola, tempatnya seperti kuning telur dalam tengah telur.”
Ibnu Rustah (300 H), seorang pakar geografi dari Isfahan mengatakan, “Allah
meletakkan galaksi berputar seperti berputarnya bola, tengah-tengah
perputaran, bumi juga berputar dan tempat diamnya di tengah galaksi tata
surya.”
Tentang
bulatnya bumi dinisbatkan kepada Al-Makmun (218 H) salah seorang
khilafah Dinasti Abbasiyah. Dialah yang pertama kali melakukan percobaan
analogi memisahkan bola bumi (globe). Dia mendatangkan dua kelompok
ilmuwan astronomi dan geografi. Satu kelompok di bawah pimpinan Sanad
bin Ali, seorang ahli perbintangan, matematika dan falak yang beragama
Yahudi kemudian Islam dan kelompok satunya di bawah pimpinan Ali bin Isa
Al-Astrolobe, seorang ahli matematika dan falak yang cukup terkenal di
Baghdad. Ada yang mengatakan salah satu pimpinan dua kelompok itu adalah
anak Musa bin Syakir.
Mereka
mengambil kesepakatan dua kelompok ini pergi ke suatu tempat yang
berbeda arah di atas perputaran kulit yang meliputi bumi dari timur ke
barat, kemudian menghitung ukuran ketentuan derajat satu dari
garis-garis panjang (yang mencapai 360 garis panjang).
Al-Idrisi (1100-1166 M), seorang ahli geografi yang berhasil menggambar peta bumi mengatakan, “Bumi
itu berbentuk bulat seperti bulatnya bola. Sedangkan air menempel,
tidak mengalir (tumpah) di atasnya secara alamiah tidak terpisah dari
padanya. Bumi dan air sesuatu yang tetap di ufuk galaksi sebagaimana
kuning telur dalam cangkang putihnya, meletakkan keduanya dalam tata
letak yang seimbang, dan angin bertiup (yang dimaksud cuaca udara) dari
seluruh arah sudutnya.”
Peta gambar oleh Al-Idrisi
Dari peta-peta yang digambar oleh Al-Idrisi, Will Durant mengatakan, “Peta
ini paling hebat dari nilai-nilai pemikiran ilmu gambar peta pada abad
pertengahan. Belum pernah ada peta yang digambar lebih sempurna sebelum
itu; lebih detil, lebih luas dan lebih besar secara terperinci.
Al-Idrisi salah seorang yang menguatkan teori tentang bumi bulat dan dapatlah diketahui bahwa fakta ini merupakan sesuatu yang dapat diterima kebenarannya.”
Ulama lain yang sependapat bumi itu bulat adalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (1263-1328 M) tokoh salafi yang mengatakan, “Ketahuilah,
bahwa mereka (para ulama) sepakat bahwa bentuk bumi itu bulat yang ada
di bawah bumi hanyalah tengah dan paling bawahnya adalah pusat.”
Ibnu Khaldun (1332-1406 M) berkata, “Ketahuilah, sudah jelas di kitab-kitab para ilmuwan dan para peneliti tentang alam bahwa bumi berbentuk bulat.”
Walaupun berdasarkan berbagai penelitian membuktikan bahwa bumi itu
berbentuk bulat, namun para ulama tetap menghargai orang berbeda
pendapat dengan mereka.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Hazm ketika menukilkan kesepakatan
ulama tentang bulatnya bumi, “Mereka mengatakan, Sesungguhnya
petunjuk-petunjuk telah membuktikan bahwa bumi itu bulat. Sementara
secara umum ada yang mengatakan selain itu. Jawaban kami dengan petunjuk
Allah, sesungguhnya dari kalangan para ulama Islam yang berhak disebut
pioner dalam ilmu tidak mengingkari bumi ini bulat. Tidak salah orang
yang menolak pendapatnya.
Bandingkan dengan perjalan perkembangan soal pertentangan ilmiah di
Barat yang berujung dengan gelimang darah, pemenjaraan bahkan hukuman
mati. Seperti yang dialami oleh Galileo Galilei (1546-1642 M) yang
dengan tegas mengatakan bumi itu bulat kemudian dihadapkan pada hukuman
mati.
Seiring dengan pekembangan
sain dan teknologi, kebenaran pernyataan Galileo tersebut semakin jelas.
Bahkan tak sedikit orang beranggapan bahwa dialah orang pertama yang
menemukan teori bulatnya bumi padahal ratusan tahun sebelumnya ilmuwan
Islam dengan berdasar Al-Quran dan penelitian mereka telah membuktikan
bumi itu bulat.
Wallahu A’lam bis Shawwab.
Sumber : http://www.mirajnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar